:: Ayah dan Bapak
Ayah, engkau lihat semburat garis cakrawala yang kian surut!
Engkau matahari dan aku bintang....
Siapa yang 'kan tetap menyinari alam semesta?
Jikalau hari mulai papa, tak menyisakan mimpi hari esok...
Ayah, engkau lihat semburat garis cakrawala yang kian surut!
Engkau matahari dan aku bintang....
Siapa yang 'kan tetap menyinari alam semesta?
Jikalau hari mulai papa, tak menyisakan mimpi hari esok...
Ayah, engkau lihat rintik berderai yang membasuh sukma!
Sebagian dari kita mensyukuri itu...
Sebagian lain menolak rintik itu...
Tapi, kita berikan pelangi dan lambaian angin...
Menaburkan triliun anugerah dan untaian harapan esok...
Pada kegelapan mega....
Ayah, engkau rasakan jiwa mungil ini!
Penuh noda dan luka...
Bantulah, ayah! Tolonglah aku!
Aku tak ingin seperti hari....
Ataupun rintik itu....
Aku hanya ingin rongga hatimu...
Yang masih tersibak untukku....
Ayah, suatu saat nanti aku ingin menjadi matahari!
Atau bahkan menjadi Sirius...
Aku ingin menyuarakan lentera dalam gulita...
Meskipun Supernova melenyapkanku...
Aku ingin mencintaimu selaksa muara pada samudera...
Menambatkan perahuku kemanapun kuingin...
Berkisah dan mengikrarkan sepinggan janji...
Yang takkan pernah berujung...
Seperti sungai yang tak pernah surut tiap musim....