Kamis, 24 November 2011

Ikrar Tanpa Ujung

                            :: Ayah dan Bapak

Ayah, engkau lihat semburat garis cakrawala yang kian surut!
Engkau matahari dan aku bintang....
Siapa yang 'kan tetap menyinari alam semesta?
Jikalau hari mulai papa, tak menyisakan mimpi hari esok...

      Ayah, engkau lihat rintik berderai yang membasuh sukma!
      Sebagian dari kita mensyukuri itu...
      Sebagian lain menolak rintik itu...
      Tapi, kita berikan pelangi dan lambaian angin...
      Menaburkan triliun anugerah dan untaian harapan esok...
      Pada kegelapan mega....

Ayah, engkau rasakan jiwa mungil ini!
Penuh noda dan luka...
Bantulah, ayah! Tolonglah aku!
Aku tak ingin seperti hari....
Ataupun rintik itu....
Aku hanya ingin rongga hatimu...
Yang masih tersibak untukku....

      Ayah, suatu saat nanti aku ingin menjadi matahari!
      Atau bahkan menjadi Sirius...
      Aku ingin menyuarakan lentera dalam gulita...
      Meskipun Supernova melenyapkanku...
      Aku ingin mencintaimu selaksa muara pada samudera...
      Menambatkan perahuku kemanapun kuingin...
      Berkisah dan mengikrarkan sepinggan janji...
      Yang takkan pernah berujung...
      Seperti sungai yang tak pernah surut tiap musim....

Jumat, 14 Oktober 2011

“Aku ingin tertidur lelap”....


::Anak Jalanan

Aku mampu meraih matahari...
Tuk menyinari Samuderaku...
Tapi, aku ‘kan melepasnya...
Untuk anak – anak yang menyimpan kegelapan...
Pada jejak – jejak yang membekas...
Membawa hitam pada kebahagiaan...
Dan ‘tak mungkin menjadi indah....
           Aku mampu membeli padang ilalang...
           Menjelajahinya sesuka-ku...
           Tapi, aku ‘kan merawatnya...
           Untuk anak – anak yang bermain...
           Melepas layang – layang harapannya...
           Jauh tinggi mencengkeram langit...
           Demi hidup yang ‘tak pasti....
Aku ‘tak mampu mengabaikan perasaan orang lain...
Yang mengangkatku menuju masa depan...
Dengan tangis yang ‘tak henti...
Membanjiri semesta...
Hingga aku ikut tenggelam...
Dalam air mata....
           Aku ‘kan menaburkan bintang di cakrawala...
           Tuk memberi cahaya benderang...
           Dalam mimpi – mimpi indah malam...
           Anak Matahari yang legam...
           Terbakar ganasnya kehidupan....
Anak – anak Matahari berkata lirih...
“Aku ingin tertidur lelap...
Merangkai hidupku sendiri...
Melayang jauh melepas kenyataan...
Dan ‘tak pernah terbangun lagi...
Menghadapi kepahitan dunia”....
           Mendengar ucapnya, aku ingin mereka...
           Menikmati apa yang kurasakan...
           Dapat tersenyum setiap hari...
           Menyambut dunia...
           Yang kuhadapi dengan cinta...
           Kedua hatiku....
Jika Allah meluruskan niatku...
Kuingin memperbaiki dunia...
Dengan kecerdasan dari-Nya...
Dan menciptakan kedinamisan alam...

Padalarang,5 April 2011

Senin, 03 Oktober 2011

Dari Rongga-rongga Hati

Wahai sahabat, lihat duniamu!
Tak seperti yang kau bayangkan saat itu, duniamu luas...
Kau dapat menapaki daratannya, mengarungi lautannya...
Percayalah pada kata hatimu!
Sungguh, takkan pernah ia mendustakanmu...
Justru kekalutan hati dan pikiranmulah yang menggundahkan jiwa....

                   Wahai sahabat, rasakan duniamu!
                   Tak seperti yang kau rasakan saat itu, duniamu indah...
                   Kau dapat temukan kesempurnaan, bahkan keseimbangan...
                   Percayalah pada apa yang kau miliki!
                   Sungguh, semua itu yang ‘kan membawamu pada mimpi...
                   Mimpi – mimpi yang berubah jadi kenyataan....

Wahai sahabat, hayati duniamu!
Tak seperti apa yang kau rasakan saat itu, duniamu rentan...
Kau dapat lindunginya dengan jiwamu, mempertahankannya...
Percayalah pada apa yang kau amati!
Sungguh, semua itu berbaur dengan nurani...
Perasaanmu takkan pernah ingkar....

                   Wahai sahabat, nikmati duniamu!
                   Walaupun duka selalu menyerbak dalam hatimu...
                   Kau dapat temukan tawa, setelah tangismu terhenti...
                   Percayalah pada apa yang kau dapati!
                   Sungguh, semua itu  memiliki alasan...
                   Agar membuatmu lebih dewasa....

Wahai sahabat, renungi duniamu!
Tak seperti dugaanmu saat itu, duniamu mudah...
Kau dapat meraihnya, bahkan mengubahnya...
Percayalah pada semua anganmu!
Karena semua itu ada ditanganmu...
Dan setiap do’amu....


Padalarang, 24 Agustus 2011 

Sebelah Sayap Seorang Kawan


                                                                    :: Sahabatku Winda Nurul Fitria
Ingatkah engkau pada sayap – sayap kecil kita?
Bertaut saling menopang...
Dahulu...kepak – kepak itu lembut, menepis keresahan jiwa kita...
Masih mencari – cari tiara yang ‘kan kita pakai...
:entah ketulusan atau kebohongan
                                Tapi, sayap itu tumbuh seiring waktu ...
                                Mengekarkan kekuatan pikiran kita...
                                Langit kita terbelah, menentukan arah rasional atau intuisi...
                                Setelah itu, kita temukan jalan bersama...
                                Saling menggenggam tangan...
                                Kepakkan sayap pun seiring senada....
Lalu, penduduk langit marah...
Melempari kita dengan kegelisahan...
Aku tahu, kita ‘kan mengubah segalanya menjadi Syurga...
Jalan kita berbeda...
Aku terluka karena ketakutan mereka...
Sedangkan dirimu nikmati luka itu dalam kesendirian....
                                Indahnya perbedaan...
                                Kau bawa diriku menuju tujuan kita...
                                Sungguh, itu rumit bagiku! Sayapku lemah!
                                Hingga kau beri sebelah sayap untukku...
                                Untuk kita arungi dunia....
Kau beri senyuman untukku...
Kau dendangkan simponi disampingku...
Merelakan waktumu untukku....
                                Apa yang dapat kulakukan tanpamu?
                                Kawan, kau lebih menyimpan makna pada hatimu!
                                Ucapkan padaku!
                                Aku ‘kan memberi suratan makna untukmu...
                                Dengan petikkan jariku yang mengubah semua....
Kawan, kau adalah sayapku!
Perjalanan kita berbeda, namun tujuan tetap satu...
Mengubah dunia hanya dengan petikkan jari...
Dan luka yang masih membekas dalam lubuk hati....

Padalarang, 22 Agustus 2011

Senin, 26 September 2011

Sekelumit Pesan Anak –anak Matahari..


Petang semakin dekat, Wahai Guruku!
Masihkah kau ingat ucap syukurmu kepada-Nya?
Keemasan itu akan menggulung ..
Merubah hari yang semakin larut , menjadi legam – legam berkabut..
Perlahan, menggugah atmamu kepada gemilang...
                  
Petang semakin masak, Wahai Guruku!
Ingatkah engkau pada-Nya, pertanggung jawaban itu?
Engkau tahu...jingga itu indah...
Dan ‘ku tahu, saat itu tak lama..
Laksanakanlah sekarang kewajibanmu, agar hatimu semakin kaya!

Petang takkan memanggilmu, Wahai Guruku!
Aku akan mengirimimu surat setiap waktu..
Akan kutanyakan kembali ucap syukurmu..
Buktikan semua pada-Nya!
Kesempatan takkan datang dua kali..

Pesanku yang slalu iringi degup jantungmu..
Hingga hembus nafasmu..
“Bersikaplah dewasa, adil, dan bijaksana!”


                   dari anak – anak yang mencintaimu,
                   selama engkau ada dalam kebenaran...

                            
Muara, 30 Juli 2011
                  






Sabtu, 24 September 2011

Saat Tanya Terus Terngiang

 Bianglala melengkung di batas langit..
Menitipkan atma pada bingkai – bingkai Syurga..
Laksana baiduri yang berantuk dengan mentari..

                Saat itu, kita berkumpul..
                Menata kata – kata Illahi..
                Tapi, sadarkah kita?
                Pengorbanan yang kan memenangkan segalanya..
                Meski banyak yang harus dipertaruhkan..
                Entah waktu...atau salah satu dari jiwa kita..

Kita saling bertatap..
Mencuri – curi jawab yang kan bawa kita..
Tapi, butakah kita?
Tanya itu terus terngiang, namun jawab tak nampak jua..
Menggetarkan sukma..
Luluh pada ketakutan diri kita..

                Dia Maha Tahu..
                Berapa banyak peluh yang menetes dari kening kita?
                Atau berapa banyak derai  yang menganak dari pelupuk hati kita?

Semoga arti dari pengorbanan kita begitu baik..
Memberi kebaikan untuk kita dan orang lain..
Dan memperkuat tali ukhuwah kita...

Muara, 1 Juni 2011